Rabu, 24 Maret 2010

PRAGMATIK

Abstrak: implikatur

Implikatur percakapan merupakan konsep yang paling penting di dalam pragmatik (Levinson 1983: 97). Konsep itu merujuk pada implikasi pragmatis tuturan akibat adanya pelanggaran prinsip percakapan, yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan, di dalam suatu peristiwa percakapan dengan situasi tutur tertentu. Penelitian tentang implikatur belum banyak dilakukan, lebih-lebih didalam wacana humor verbal lisan yang berfungsi sebagai penunjang pengungkapan humor. Pemahaman implikatur percakapan juga lebih sulit daripada pemahaman makna tersurat tuturan, lebih-lebih di dalam wacana jenis ini yang penuh dengan berbagai permainan kata.
Penelitian ini bertujuan memaparkan dan memberikan argumentasi tentang implikatur percakapan yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip kerja sama dan/atau prinsip kesantunan dan fungsinya sebagai penunjang pengungkapan humor di dalam wacana humor verbal lisan berbahasa Indonesia. Paparan dan argumentasi itu mencakupi pelanggaran prinsip kerja lama sebagai penyebab timbulnya implikatur percakapan yang menunjang pengungkapan humor, pelanggaran prinsip kesantunan sebagai penyebab timbulnya implikatur percakapan yang memerankan fungsi sebagai penunjang pengungkapan humor, aneka implikatur percakapan yang berfungsi sebagai penunjang pengungkapan humor, dan tipe humor verbal lisan yang pe ngun gk apannya ditunjang oleh implikatur percakapan.
Teori yang menjadi landasan di dalam penelitian kualitafif ini adalah teori Grice (1975) tentang implikatur percakapan dan prinsip kerja sama, teori Leech (1983) tentang prinsip kesantunan, serta teori Brown dan Levinson (1978) tentang kesantunan berbahasa. Korpus data penelitian ini berupa transkripsi 36 lakon humor verbal lisan produksi sembilan kelompok pelaku humor yang ditayangkan di televisi dari bulan Februari sarnpai dengan bulan Juni 1997. Metode perekaman dan penyimakan dengan teknik pencatatan digunakan di dalam pengumpulan data. Penetapan kelucuan data penelitian ini dilakukan dengan cara konfirmasi kepada sepuluh informan yang berasal dari sepuluh suku bangsa di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif dan metode analisis pragmatis dengan teknik analisa heuristik Leech (1983).
Dari analisis data penelitian ini diperoleh temuan bahwa pelanggaran prinsip kerja sama Grice (1975), yaitu prinsip percakapan yang membimbing pesertanya agar dapat melakukan percakapan secara kooperatif dan dapat menggunakan bahasa secara efektif dan efisien di dalam melakukan percakapan, terjadi pada bidal: (1) kuantitas, (2) kualitas, (3) relevansi, dan (4) cara. Pelanggaran bidal-bidal itu menjadi penyebab timbulnya implikatur percakapan yang berfungsi sebagai penunjang pengungkapan humor. Tuturan para pelaku humor yang melanggar bidal-bidal itu justru berpotensi menunjang pengungkapan humor karena berbagai implikatur yang dikandungnya itu menambah kelucuan humor. Prinsip kesantunan Leech (1983), yaitu prinsip percakapan yang melengkapi prinsip kerja sama Grice (1975) dan berkenaan dengan aturan yang bersifat social, estetis, dan moral di dalam percakapan juga banyak dilanggar di dalam wacana jenis ini. Pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi pada enam bidal, yaitu bidal (1) ketimbangrasaan, (2) kemurahhatian, (3) keperkenanan, (4) kerendahhatian, (5) kesetujuan, dan (6) kesimpatian dengan dua belas subbidal sebagai jabarannya juga menjadi sumber implikatur percakapan yang memiliki fungsi menunjang pengungkapan humor. Implikasi atas pelanggaran itu adalah timbulnya berbagai implikatur percakapan yang menunjang pengungkapan humor karena kehadirannya menambah kelucuan humor. Implikatur-implikatur yang berfungsi menunjang pengungkapan humor di dalam wacana jenis ini mencakupi: (1) implikatur representatif dengan subjenis: (a) menyatakan, (b) menuntut, (c) mengakui, (d) melaporkan, (e) menunjukkan, (f) menyebutkan, (g) memberikan kesaksian, dan (h) berspekulasi; (2) implikatur direktif yang mencakupi subjenis: (a) memaksa, (b) mengajak, (c) meminta, (d) menyuruh, (e) menagih, (1) mendesak (g) menyarankan, (h) memerintah, dan (i) menantang, (3) implikatur evaluatif dengan subjenis: (a) mengucapkan terima kasih, (b) mengkritik; (c) memuji, (d) menyalahkan, (e) menyanjung, dan (f) mengeluh; (4) implikatur komisif yang meliputi subjenis: (a) berjanji, (b) bersumpah, (c) menyatakan kesanggupan, dan (d) berkaul; serta (5) implikatur isbati dengan subjenis: (a) mengesahkan, (b) melarang, (c) mengizinkan, (d) mengabulkan, (e) membatalkan, dan (f) mengangkat (di dalam jabatan atau status tertentu). Nama-nama implikatur itu sejalan dengan nama-nama jenis tindak tutur hasil taksonomi Fraser (1978). Di samping itu, di dalam wacana jenis ini ditemukan pula implikatur lain yang mencakupi: (a) menyangkal; (b) menuduh, (c) menolak, (d) menggugat, (e) meyakinkan, (f) menyatakan gurauan, dan (g) menghindar sebagai implikatur representatif tambahan; (h) memohon, (i) menawari, (j) menakut-nakuti, dan (k) mengusir sebagai implikatur direktif tambahan; (l) menghina, (m) mengejek; (n) menyombongkan diri, (o) menyatakan keheranan, dan (p) menyatakan kemarahan sebagai implikatur evaluatif tambahan; (q) mengancam sebagai implikatur komisif tainbahan; serta (r) memutuskan (hubungan sosial) sebagai implikatur isbati tambahan. Humor verbal lisan yang pengungkapannya ditunjang oleh implikatur percakapan mencakupi tipe: (1) komik, (2) humor, dan (3) humor intelektual sebagai hasil penggolongan humor menurut ada tidaknya motivasinya; (4) humor seksual, (5) etnik atau suku bangsa, (6) politik, (7) agama, (8) rumah tangga, (9) percintaan, (10) keluarga, (11) hutang piutang, (12) jual beli, (13) tingkah laku manusia, dan (14) humor pembantu sebagai hasil klasifikasi humor atas dasar topiknya; serta (15) olok-olok, (16) permainan kata, dan (17) supresi sebagai hasil pembedaan humor berdasarkan tekniknya.
Berdasarkan temuan itu dapat dinyatakan bahwa secara material bahan penciptaan humor verbal lisan yang ditunjang oleh implikatur percakapan ituberupa wujud tuturan, ekspresi para pelaku humor, dan konteks tuturan yang mendukungnya. Oleh karena kehadiran implikatur percakapan di dalam wacana jenis ini memiliki potensi menggelikan karena mengejutkan, bermakna mustahil, omong kosong, menyinggung perasaan, atau mengancam muka positif atau negatif mitra tuturnya atau pihak lain; kelucuan humor pun bertambah

“DOSA YANG TERMANIS”



Cerpen
Dosa yang termanis


U
uuh! Nyebelin banget sich! Kamana aja anak ini udah di sms dari tadi pagi sampai malam gini tidak dibalas-balas, seharusnya udah dari tadi adi pulang kerja, tapi kenapa sms dea tidak dibalas sich. Dea sempat berfikir negatif, apa jangan-jangan….?
Ah…tidak mungkin, fikiran negatif itu langsung dea buang jauh-jauh, dea percaya kalau adi tidak mungkin menghianatinya (sambil melamun).
“ Hai!!! (sambil menepuk kedua bahu dea)
 “apan sich al, ngagetin tauk!
“ kenapa melamun?
“ biasalah al resiko cinta jarak jauh.
“oh….yaudahlah jangan terlalu difikirkan nanti kamu sakit lagi, tuh es creamnya sudah meleleh
“ iya…iya..
beberapa menit kemudian hp dea berbunyi
“ cie…..cie….sudah tidak manyun lagi nie ye,
“ resek lo al (sambil melempar boneka kepada aliyah)
uuuuuhhh….ternyata dari bima (bima adalah temen yang dea kenal dari facebook, mereka cuma bertemu )
“ malam cewek gi ngapain? Sombong nie jarang smsan lagi!
“ malam juga, nie lagi nonton tv, abis kamu sich ganti-ganti nomor, jadi aku malas sms kamu.
karna asyk smsan sama bima sampai nggak terasa sudah jam 23.00wib dan dea lupa kalau dea lagi sebel sama cowoknya
Sudah 2minggu lebih adi tak ada kabar, sudah dea sms tapi tidak dibalas, ditelpon juga nggak pernah diangkat. Saat ini perasaan dea campur aduk nggak karuan , dea bingung mau tanya siapa? Dea juga tidak mengenal temen-temen adi, mau menemui juga nggak mungkin soalnya adi kuliah di jakarta. Mereka sudah pacaran hampir 2 tahun, tapi mereka gak pernah ketemu, mereka hanya berkomunikasi lewat hp saja. Dea dan adi sering putus komunikasi ada-ada aja masalahnya, setiap kali ada masalah dengan kuliahnya pasti dea yang jadi korban. Dea capek dengan semua sikap adi yang suka marah akhir-akhir ini, dea sudah capek mengalah terus Untung saja temen-temen dea slalu ada jika dea lagi sedih. Apalagi dengan datangnya ari dikehidupan dea yang slalu, sport, hibur dan selalu ada buat dea.
Semakin hari hubungan dea dengan bima semakin dekat aja, mereka sering jalan bareng, bima juga sering antar jemput dea ketika mudik kerumah. Hingga di suatu malam yang disaksikan bulan dan bintang-bintang, bima menyatakan cintanya kepada dea
“ De, jujur sejak pertama kali kita bertemu aku sudah suka kamu
“ apa?
“ iya de aku sudah suka kamu, tapi aku takut.
“ takut? Emangnya mukaku serem ya?
“ enggak kok, maksudnya aku takut kalau ditolak, dan sampai sekarang perasaan ini tidak berubah (sambil menggenggam kedua tangan dea)
dea diam sejenak, dea bingung di satu sisi dea belum putus dengan adi, disisih lain dea juga tidak memungkiri kalau dea juga suka sama bima.
“ de kok diem? Aku tidak memaksa kok kalau kamu belum bisa ngasih jawaban sekarang,
Dea menatap bima dengan tersenyum manis sambil menjawab “ aku juga sayang kamu. Malam ini dea merasa menjadi wanita yang paling bahagia. Hari-hari dea tidak sendiri lagi, tidak ada kata malam minggu kelabu lagi.
Al ntar masuk kuliah jam berapa?” emang kamu tidak tau kalau malam ini kosong! “ kosong? Yes…!!!hari ini aku bisa kencan , upzzz!!(sambil menutup mulut dengan kedua tanggannya)
“ hayooo…. Mau kecan sama siapa tuh?(ledek aliyah)
“ ada dech…?
“siapa de ayo cerita dong?
“ iya…iya…aku ngaku dech,(sambil malu-malu), sebenarnya aku udah jadian  sama bima seminggu yang lalu
“gila lo de! Trus adi mau dikemanain?
“ nggak tau lah al, aku bingung, udah sebulan lebih adi nggak ada kabar, telpon dan smsku juga nggak direspon lagi. Yaaaa…..mungkin adi udah ada cewek lain/ adi bosan kali pacaran jarak jauh. Lagian ngapai aku nunggu orang yang tidak pasti keberadaannya, yang pasti-pasti aja dech (sambil becanda), ngapain berjuang demi cinta,cinta hanya perlu Alpenliebe he……….
Tok….tok…tok…dea dan aliyah kaget ,ternyata dibalik pintu udah ada bima baru aja mau disms eh…orangnya udah muncul duluan.
“ jadi pergi gak de?
“yupzz!
Dea sama bima berangkat jalan-jalan untuk menikmati indahnya lampu kota pada malam hari. Ketika di perjalanan pulang ban motornya bocor, bima bingung sudah jam 22.00wib apa bengkel masih ada yang buka. bima mendorong motornya sambil mencari bengkel yang masih buka, sedangkan dea berjalan dibelakangnya sambil ngutak-atik hp. Tiba_tiba hp dea berbunyi setelah dibuka dea kaget karna yang sms adalah adi, dea tambah gugup ketika bima tanya sms dari siapa, untung saja bima tidak curiga.
 
Sesampai di kos dea bingung kenapa adi harus datang disaat dea sudah terlanjur sayang sama bima dan dea tidak mungkin meninggalkan bima karna mereka saling menyayangi dan dea juga sudah berjanji sama bima kalau dea nggak akan pernah meninggalkan bima apapun yang terjadi. Pagi-pagi adi telpon dea dan adi menjelaskan semua kepada dea, dea hanya bisa menangis karna dugaan dea slama ini salah terhadap adi, adi menghilang bukan karena udah ada cewek lain melainkan tempat kerja adi sedang mengalami pengurangan karyawan dan adi adalah salah satu karyawan yang harus keluar. Dea tidak berani berkata terus terang kepada adi karna dea nggak mau membebani adi lagi, yang jadi sesal dea mengapa adi nggak cerita, kalau saja dari awal adi cerita mungkin ini gak akan terjadi, tapi nasi udah jadi bubur, tapi kalau dea tidak jujur sama adi apa yang sudah terjadi hidup dea tidak akan tenang dan nggak mungkin berjalan dengan dua cowok. Keesok harinya dea memberanikan diri mengatakan kepada adi semua yang terjadi saat adi menghilang, walaupun berat adi terima dengan lapang dada. Dea merasa bersalah banget, tapi mau gimana lagi nasi sudah jadi bubur. Setelah  masalah dengan adi sudah selesai dea memberanikan diri cerita sama bima tentang masa lalu dea, alhamdulillah banget bima mau menerima dea. Padahal dea takut kalau bima akan ninggalin dea, ternyata kekhwatiran dea salah malah sebaliknya bima tambah sayang dan perhatian sama dea, dea merasa menjadi orang paling beruntung punya cowok seperti bima sudah orangnya baik, sabar, pengertia, dan apa adanya.
Sehabis magrib bima jemput dea di kos,
”duh mau kemana jeng kok rapi banget?
“ada dech mau tau aja !!des aliyah kemana ? kok jam segini belum pulang.
“ nggak tau tuh, mungkin gi kencan sama toni. Mang kamu mau kemana?
“ntar kalau udah pulang aku ceritain ok!
bima mau mengajak dea kerumah kakaknya yang berada di lain kota. Sesampai disana dea deg-degan banget alhamdhulillah dea disambut hangat oleh keluarganya. Di perjalanaan pulang mereka mampir di alun-alun untuk istirahat dan makan.
  Bagai petir di siang bolong itu lah ungkapan yang cocok, betapa tidak, tidak ada masalah/ pertengkaran tiba-tiba bima minta dea untuk ninggalin bima, dea kaget, shock dan bingung kenapa bima setega itu padahal tidak ada masalah apapun, mereka baru saja jalan-jalan, dea berusaha meminta penjelasan sama bima tapi bima tidak mau jelasin, sejak itulah pertengkaran-pertengkaran muncul dan hubungan mereka sering putus nyambung. Dea sayang banget sama bima sampai dea mau berkorban apa saja asalkan hubungan mereka tetep utuh, tapi pengorbanaan dea sia-sia saja, bima malah memanfaatkan ketulusan cinta dea. Setiap hari hati dea tersiksa dengan perubahan sikap bima, sikapnya yang dingin, cuek, tidak perhatian lagi, egois dan semaunya sendiri.
Dea hanya bisa berdoa agar bima mau berubah seperti dulu yang menyayangi dan mencintai dea lagi, tapi itu mustahil!
“ de, napa nangis?
“ al, bima tega banget sama aku (sambil nangis meluk aliyah)
“maksudnya?
“ bima nyuruh aku buat ninggalin dia al
“ apa?
“ iya al, tapi aku nggak bisa,kamu tahu sendiri kalau aku sayang banget sama bima, sampai aku tega ninggalin adi, tapi al (sambil nangis)
“ kok bima setega itu! Mang ada masalah apa de?
 aku nggak tahu sebabnya apa? Dan bima juga nggak ngasih alasan apapun sama aku, aku bingung al?
“ mungkin emosi sesaat doang, paling besok balikan lagi kok, yaudah sekarang kamu istirahat dulu jangan nangis lagi.
Semalaman dea nggak bisa tidur karna kepikiran bima terus dan keesok harinya dea datang ke kossannya bima untuk meminta penjelasaannya. Sesampi di kos bima dea hanya diam tanpa kata, sampai bima mulai bicara, tanpa dosa bima berkata “ ada apa de? Dea udah nggak kuat, rasanya pengen nampar dan nonjok muka bima, tapi dea nggak bisa karna rasa sayang dea lebih besar dari pada rasa bencinya. Dea diam dan merunduk saja nggak menjawab pertanyaan bima, tiba-tiba bima memeluk dea dan dea berusaha melepaskan pelukan bima.
“De, maafin aku ya, sebenarnya aku sudah bertunangan (sambil memeluk dea)
“ maksudnya apa ar? (sambil melepaskan pelukan bima)
“iya de,
“ berarti selama kita jalan kamu sudah bertunangan dan selama ini aku hanya dijadikan  sebagai selingkuhanmu saja (sambil menangis)
“ semua ini bohongkan bim!
“ nggak de, semua ini benar makanya aku nyuruh kamu tuk ninggalin aku, aku tidak mau nyakitin kamu terus, kamu tuh terlalu baik, aku nggak pantas buat kamu.
Dea sangat shock saat itu, dea nggak kuat mendengar penjelasaan bima, cewek mana yang nggak shoch kalau selama ini ternyata menjadi simpanan saja dan pacarnya akan menikah dengan cewek lain.
“ de, mau kemana?
Langsung saja dea pergi tanpa memperdulikan panggilan bima, dea kecewa banget dengan bima, kalau tahu akhirnya akan begini lebih baik aku nggak kenal kamu bim. Dea menyesal kenapa harus mencintai bim, apakah ini hukum karmaku karna dulu aku pernah nyakitin adi. Sakit banget hati ini, dea tak tau harus bagaimana lagi, dea merasa tak kuat lagi.tapi dea berusaha untuk tegar dan mengikhlaskannya, mungkin semua ini kan ada hikmahnya.
Dea hampir lupa kalau hari ini ada reuni SMA, “pokoknya aku harus datang di reuni akbar ini, biar aku bisa melupakan permasalahan ini. Aku udah kangen sama temen-teman. sesampai di sana dea bingung karna sahabat-sahabatnya belum ada yang kelihatan. Tiba-tiba dari belakang ada yang menutup kedua mata dea
“  eh….siapa sich? Jangan iseng dong!
“baaaaaaaaaaaaaahhhhh
“ rini, tatik, sulis, apa kabar kalian? (sambil berpelukan)
“ kami baik-baik saja kok.
Dea dan teman-temannya saling bertukar cerita, bercanda tawa, sampai dea tidak sadar kalau dari tadi ada yang memperhatikannya.
“ hai.....de…..?(sambil mengulurkan tangannya ke dea)
“hai juga fer, dea  membalas salamnya ( ferdi adalah kakak kelas dea sekaligus cinta pertama dea, dulu sich dea pernah naksir,  tapi cinta dea bertepuk sebelah tangan).
Mereka bercanda-canda, berbagi pengalaman, berbagi cerita,  “eh ternyata ferdi orangnya asik juga ya, udah cakep, baik,  perhatian, humoris pula, pokoknya type gue banget dech he….hubungan kami tak berakhir sampai di sini saja. semakin lama hubungan mereka semakin dekat. Kehadiran ferdi telah meluluhkan hati dea yang telah beku. Dea sangat bahagia karna sudah menemukan cinta sejatihnya. Ferdi adalah cinta pertama dea dan semoga saja menjadi cinta terakhir dea. Amien
 
THE END

Sabtu, 20 Maret 2010

ANTARA AKU DAN TUHANKU

Ku keluhkan segala resahku
Yang bergelut dalam sekujur tubuhku
Dan menyelimuti setiap risau dalam diriku
Karena Engkau yang maha segala tahu
Apa yang terjadi pada setip mahluk ciptaanMU
Antara aku dan Tuhanku
Butiran darah yang mengalir dalam diriku
tak bisa aku jaga seperti firmanMU
karena kotoran demi kotoran yang menumpuk dalam diriku
menutupi setiap hembusan nafasku
hingga ku tak tahu seberapa besar dosa-dosa yang ku perbuat padamu
karena napsu dan iblis yang membelenggu
hingga jasad ini tak bisa menjaga rohmu yang suci
Yaa Allah Yaa Tuhanku
Dengan segala rasa malu padamu
Aku bersujud padaMU
Memohon ampunan dan rahmatMU
Dari segala dosa-dosaku
Dari segala kesalahanku
Yang telah mengotori duniaMU



Yaa Allah Yaa Tuhanku
Meski aku tahu hamba tak pantas memohon dan mengeluh padaMU
Karena berulang ulang melakukan dosa kepada MU
Tapi aku tahu hanya kepada MU lah hamba yang hina ini memohon
Dan hanya kepada MU lah hamba ini meminta
Ampunan dari segala dosa-dosa yang telah hamba perbuat
Tunjukanlah hamba jalan lurus Mu
Jalan orang-orang yang bertaqwa kepada MU
Dan bukan jalan – jalan orang yang sesat
dan jalan orang yang Engkau murkai

SEJARAH SINGKAT KAJIAN WACANA

Sejarah Singkat Kajian Wacana

Pada mulanya linguistik merupakan bagian dari filsafat. Linguistik modern, yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji bahasa secara ilmiah. Kajian lingusitik modern pada umumnya terbatas pada masalah unsur-unsur bahasa, seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur makna (semantik). Kajian linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak permasalahan bahasa yang belum dapat diselesaikan. Akibatnya, para ahli mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian baru yang disebut analisis wacana.
Analisis wacana menginterprestasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografii. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.
Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat bahasa, memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.

Pengertian Wacana dan Analisis Wacana
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.

Persyaratan Terbentuknya Wacana
Penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent).
Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan.



STRUKTUR WACANA BAHASA INDONESIA
Elemen-elemen Wacana
Elemen-elemen wacana adalah unsur-unsur pembentuk teks wacana. Elemen-elemen itu tertata secara sistematis dan hierarkis. Berdasarkan nilai informasinya ada elemen inti dan elemen luar inti. Elemen inti adalah elemen yang berisi informasi utama, informasi yang paling penting. Elemen luar inti adalah elemen yang berisi informasi tambahan, informasi yang tidak sepenting informasi utama.
Berdasarkan sifat kehadirannya, elemen wacana terbagi menjadi dua kategori, yakni elemen wajib dan elemen manasuka. Elemen wajib bersifat wajib hadir, sedangkan elemen manasuka bersifat boleh hadir dan boleh juga tidak hadir bergantung pada kebutuhan komunikasi.

Relasi Antarelemen dalam Wacana
Ada berbagai relasi antarelemen dalam wacana. Relasi koordinatif adalah relasi antarelemen yang memiliki kedudukan setara. Relasi subordinatif adalah relasi antarelemen yang kedudukannya tidak setara. Dalam relasi subordinatif itu terdapat atasan dan elemen bawahan. Relasi atribut adalah relasi antara elemen inti dengan atribut. Relasi atribut berkaitan dengan relasi subordinatif karena relasi atribut juga berarti relasi antara elemen atasan dengan elemen bawahan.
Relasi komplementatif adalah relasi antarelemen yang bersifat saling melengkapi. Dalam relasi itu, masing-masing elemen memiliki kedudukan yang otonom dalam membentuk teks. Dalam jenis ini tidak ada elemen atasan dan bawahan.

Struktur Wacana Bahasa Indonesia
Struktur wacana adalah bangun konstruksi wacana, yakni organisasi elemen-elemen wacana dalam membentuk wacana. Struktur wacana dapat diperikan berdasarkan peringkat keutamaan atau pentingnya informasi dan pola pertukaran. Berdasarkan peringkat keutamaan informasi ada wacana yang mengikuti pola segitiga tegak dan ada wacana yang mengikuti pola segitiga terbalik. Berdasarkan mekanisme pertukaran dapat dikemukakan pola-pola pertukaran berikut: (1) P-S, (2) T-J, (3) P-T, (4) T-T, (5) Pr-S, dan (6) Pr-T.

REFERENSI DAN INFERENSI SERTA KOHESI DAN KOHERENSI WACANA BAHASA INDONESIA
Referensi dan Inferensi Wacana Bahasa Indonesia
Referensi dalam analisis wacana lebih luas dari telaah referensi dalam kajian sintaksis dan semantik. Istilah referensi dalam analisis wacana adalah ungkapan kebahasaan yang dipakai seorang pembicara/penulis untuk mengacu pada suatu hal yang dibicarakan, baik dalam konteks linguistik maupun dalam konteks nonlinguistik.
Dalam menafsirkan acuan perlu diperhatikan,
a. adanya acuan yang bergeser
b. ungkapan berbeda tetapi acuannya sama, dan
c. ungkapan yang sama mengacu pada hal yang berbeda.
Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).

Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia
Istilah kohesi mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk koherensi. Oleh sebab itu, dalam sebuah teks koherensi lebih penting dari kohesi. Namun bukan berarti kohesi tidak penting, Jenis alat kohesi ada tiga, yaitu substitusi, konjungsi, dan leksikal.
Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana. Kohesi merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Cara lain adalah menggunakan bentuk-bentuk yang mempunyai hubungan parataksis dan hipotaksis (parataxis and hypotaxis). Hubungan parataksis itu dapat diciptakan dengan menggunakan pernyataan atau gagasan yang sejajar (coordinative) dan subordinatif. Penataan koordinatif berarti menata ide yang sejajar secara beruntun.

JENIS-JENIS WACANA BAHASA INDONESIA
Wacana Lisan dan Tulis
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat.

Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog
Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog.

Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan Narasi
Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana dekripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir. Wacana argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung. Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu, pelaku, dan peristiwa.

KONTEKS WACANA BAHASA INDONESIA
Hakikat Konteks
Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog)
Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.
Macam-macam Konteks
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif
Di samping konteks ada juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan wacana.
Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam wacana.
Dalam menganalisis wancana sasaran utamanya bukan pada struktur kalimat tetapi pada status dan nilai fungsional kalimat dalam konteks, baik itu konteks linguistik ataupun konteks ekstralinguistik.
Tiga manfaat konteks dalam analisis wancana.
1. Penggunaan konteks untuk mencari acuan, yaitu pembentukan acuan berdasarkan konteks linguistik.
2. Penggunaan konteks untuk menentukan maksud tuturan, yaitu bahwa maksud sebuah tuturan ditentukan oleh konteks wancana.
3. Penggunaan konteks untuk mencari bentuk tak terujar yaitu bentuk yang memiliki unsur tak terujar atau bentuk eliptis adalah bentuk yang hanya dapat ditentukan berdasarkan konteks.

ANALISIS WACANA
Prinsip Interpretasi Lokal dan Prinsip Analisis
Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan partisipan.
Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Dengan interpretasi analogi itu, analis sudah dapat memahami wacana dengan konteks yang relevan saja. Hal itu berarti bahwa analis tidak harus memperhitungkan semua konteks wancana.
Skemata dalam Analisis Wacana
Skemata adalah pengetahuan yang terkemas secara sistematis dalam ingatan manusia. Skemata itu memiliki struktur pengendalian, yakni cara pengaktifan skemata sesuai dengan kebutuhan. Ada dua cara yang disebut pengaktifan dalam struktur itu, yakni (1) cara pengaktifan dari atas ke bawah dan (2) cara pengaktifan dari bawah ke atas. Pengaktifan atas ke bawah adalah proses pengendalian skemata dari konsep ke data atau dari keutuhan ke bagian. Pengaktifan bawah ke atas adalah proses pengendalian skemata dari data ke konsep atau dari bagian ke keutuhan.
Skemata berfungsi baik bagi pembaca/pendengar wacana maupun bagi analis wacana. Bagi pendengar/pembaca, skemata berfungsi untuk memahami wacana. Bagi analis wacana, di samping berfungsi untuk memahami wacana, skemata juga berfungsi untuk melakukan analisis berbagai aspek wacana: elemen wacana, struktur wacana, acuan kewacanaan, koherensi dan kohesi wacana, dan lain-lain.
Kegagalan pemahaman wacana terjadi karena tiga kemungkinan. Pertama, pendengar/pembaca mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai dengan teks yang dihadapinya. Kedua, pendengar/pembaca mungkin sudah mempunyai skemata yang sesuai, tetapi petunjuk-petunjuk yang disajikan oleb penulis tidak cukup memberikan saran tentang skemata yang dibutuhkan. Ketiga, pembaca, mungkin mendapatkan penafsiran wacana secara tetap sehingga gagal memahami maksud penutur.
Analisis Kohesi dan Koherensi
Praktik analisis wacana dilaksanakan dengan menerapkan prinsip interpretasi lokal dan prinsip interpretasi analogi. Analisis wacana dapat diarahkan pada: struktur, kohesi, dan koherensi, yang dapat dioperasionalkan antara lain untuk menetapkan hubungan antarelemen wacana dan alat-alat kohesi yang berlaku dalam sebuah teks. Dalam analisis itu diterapkan konteks yang relevan dengan kebutuhan analisis.
Sumber Buku Wacana Bahasa Indonesia, karya Suparno dan Martutik

Karya Tulis Pemerolehan Bahasa



1. Pengertian Pemerolehan Bahasa
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (Bl) (anak) terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.

Ada dua pengertian mengenai pemerolehan bahasa. Pertama, pemerolehan bahasa mempunyai permulaan yang mendadak, tiba-tiba. Kedua, pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.
Penelitian mengenai bahasa manusia telah menunjukkan banyak hal mengenai pemerolehan bahasa, mengenai apa yang dilakukan atau tidak dilakukan seorang anak ketika belajar atau memperoleh bahasa (Fromkin dan Rodman, 1998:318).
1. Anak tidak belajar bahasa dengan cara menyimpan semua kata dan kalimat dalam
sebuah kamus mental raksasa. Daftar kata-kata itu terbatas, tetapi tidak ada kamus
yang bisa mencakup semua kalimat yang tidak terbatas jumlahnya.
2. Anak-anak dapat belajar menyusun kalimat, kebanyakan berupa kalimat yang belum
pernah mereka hasilkan sebelumnya.
3. Anak-anak belajar memahami kalimat yang belum pernah mereka dengar
sebelumnya. Mereka tidak dapat melakukannya dengan menyesuaikan tuturan yang
didengar dengan beberapa kalimat yang ada dalam pikiran mereka.
Anak-anak selanjutnya harus menyusun “aturan” yang membuat mereka dapat menggunakan bahasa secara kreatif. Tidak ada yang mengajarkan aturan ini. Orang tua tidak lebih menyadari aturan fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantik daripada

anak-anak. Selain memperoleh aturan tata bahasa (memperoleh kompetensi linguistik), anak-anak juga belajar pragmatik, yaitu penggunaan bahasa secara sosial dengan tepat, atau disebut para ahli dengan kemampuan komunikatif. Aturan-aturan ini termasuk mengucap salam, kata-kata tabu, bentuk panggilan yang sopan, dan berbagai ragam yang sesuai untuk situasi yang berbeda. Ini dikarenakan sejak dilahirkan, manusia terlibat dalam dunia sosial sehingga ia harus berhubungan dengan manusia lainnya. Ini artinya manusia harus menguasai norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Sebagian dari noraia ini tertanam dalam bahasa sehingga kompetensi seseorang tidak terbatas pada apa yang disebut pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use) (Dardjowidjojo, 2000:275).
Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat. Dalam melangsungkan upaya memperoleh bahasa, anak dibimbing oleh prinsip atau falsafah ‘jadilah orang lain dengan sedikit perbedaan’, ataupun ‘dapatkan atau perolehlah suatu identitas sosial dan di dalamnya, dan kembangkan identitas pribadi Anda sendiri’.
2. Masa Waktu dan Perkembangan Pemerolehan Bahasa
Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah dapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.
Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orang tua khususnya ibu) dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya. la berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan tindakan pada tahap satu kata

anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda dan orang yang ia jumpai. Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemerian.
Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya. Jumlah morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya. Ada lima tahapan pemerolehan bahasa pertama. Setiap tahap dibatasi oleh panjang ucapan rata-rata tadi. Untuk setiap tahap ada Loncatan Atas (LA).
Walaupun perkembangan bahasa setiap anak sangat unik, namun ada persamaan umum pada anak-anak, ada persesuaian satu sama lain semua mencakup eksistensi, noneksistensi, rekurensi, atribut objek dan asosiasi objek dengan orang.
Pada masa tahap 2 ada tiga sarana ekspresif yang dipakai oleh anak-anak, yang dapat membuat kalimat-kalimat mereka menjadi lebih panjang yaitu kemunculan morfem-morfem gramatikal secara inklusif dalam ujaran anak, pengertian atau penyambungan bersama-sama hubungan dua hal tersebut, dan perluasan istilah dalam suatu hubungan/relasi.
Perkembangan pemerolehan bunyi anak-anak bergerak dari membuat bunyi menuju ke arah membuat pengertian. Periode pembuatan pembedaan atas dua bunyi dapat dikenali selama tahun pertama yaitu (1) periode vokalisasi dan prameraban serta (2) periode meraban. Anak lazimnya membuat pembedaan bunyi perseptual yang penting selama periode ini, misalnya membedakan antara bunyi suara insani dan noninsani antara bunyi yang berekspresi marah dengan yang bersikap bersahabat, antara suara anak-anak dengan orang dewasa, dan antara intonasi yang beragam. Anak-anak mengenali makna-makna berdasarkan persepsi mereka sendiri terhadap bunyi kata-kata yang didengarnya. Anak-anak menukar atau mengganti ucapan mereka sendiri dari waktu ke waktu menuju ucapan orang dewasa, dan apabila anak-anak mulai menghasilkan segmen bunyi tertentu, hal itu menjadi perbendaharaan mereka.

Perkembangan ujaran kombinatori anak-anak dapat dibagi dalam empat bagian yaitu perkembangan negatif/penyangkalan, perkembangan interogratif/pertanyaan, perkembangan penggabungan kalimat, dan perkembangan sistem bunyi.
Ada tiga tipe struktur interogatif yang utama untuk mengemukakan persyaratan, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban ya atau tidak, pertanyaan yang menuntut informasi, dan pertanyaan yang menuntut jawaban salah satu dari yang berlawanan (polar).
Penggabungan beberapa proposisi menjadi sebuah kalimat tunggal memerlukan rentangan masa selama beberapa tahun dalam perkembangan bahasa anak-anak.
B. Pemerolehan Pragmatik
Pragmatik bukanlah salah satu komponen dalam bahasa; kajian ini hanya memberikan perspektif pada bahasa. Karena pragmatik menyangkut makna maka sering kali ilmu ini dikelirukan dengan ilmu tentang makna, semantik. Perkembangan kedua ilmu ini bahkan menimbulkan semacam perebutan wilayah karena satu dianggap telah memasuki wilayah yang lain. Akan tetapi, apabila diamati secara lebih cermat maka akan terlihat bahwa semantik mempelajari makna dalam bahasa alami tanpa memerhatikan konteksnya. Sementara itu, pragmatik merujuk kepada kajian makna dalam interaksi antara seorang penutur dengan penutur yang lain (Jucker, 1998, dalam http://bmp6103.blogspot.com/2007/07/ra.html).
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat defmisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Thomas (1995: 2) menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi

ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefmisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).
Pragmatik itu sendiri menurut Leech (1983:6) adalah studi tentang makna ujaran di dalam situasi-situasi tertentu. Lebih lanjut ia juga menyatakan bahwa pragmatik merupakan kajian mengenai makna di dalam hubungannya dengan situasi ujar. Dari pengertian mi terlihat bahwa kedua batasan tersebut mengeksplisitkan makna, yang kemudian di dalam pragmatik disebut maksud. Lebih lanjut lagi, Gunarwan menyebutkan salah satu defmisi pragmatik, yaitu kajian mengenai kemampuan pengguna bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga kalimat itu patut diujarkan (dalam Rustono, 1999:2). Jadi pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa, atau maksud di balik suatu tuturan. Penggunaan bahasa yang tepat harus diperoleh seorang anak karena kemampuan berbahasa yang baik tidak hanya terletak pada kepatuhan terhadap aturan gramatikal tetapi juga pada aturan pragmatik. Menurut Ninio dan Snow (dalam Dardjowidjojo, 2000:43-48), mau tidak mau seorang anak mengembangkan pengetahuan yang diperlukan agar dalam situasi komunikasi bahasa yang dia pakai itu pantas, efektif, dan sekaligus mengikuti aturan gramatikal.
Lebih lanjut mereka juga menyatakan bahwa untuk menelusuri kemampuan pragmatik seorang anak, paling tidak ada tiga hal yang perlu dipelajari, yaitu: 1. Pemerolehan niat komunikatif Ninio dan Snow mendapati bahwa dalam mewujudkan
niat komunikatif secara verbal, terdapat urutan yang dilandaskan pada berbagai
kepentingan pragmatik seperti:
a. Kepentingan ujaran: bertitik tolak pada sudut pandang anak sehingga jenis
ujaran yang muncul juga mencerminkan kepentingan tersebut.
b. Peran kelayakan ujaran: ujaran untuk meminta sesuatu pasti lebih dahulu
dikuasai daripada jenis ujaran yang lain.
c. Kompleksitas kognitif: merujuk pada titik pandang yang lebih terarah kepada
diri sendiri.

2. Pengembangan kemampuan untuk bercakap-cakap Anak secara bertahap dapat
menguasai aturan-aturan yang ada dalam percakapan yang terdiri atas tiga komponen,
yaitu pembukaan, giliran, dan penutup. Kalimat yang diucapkan juga harus
membentuk pasangan serasi (adjacency pairs).
3. Pengembangan peranti wacana Percakapan antara anak dengan orang lain dapat
berjalan lancar karena:
a. Pendengarnya adalah orang-orang dekat yang mengenal perilakunya sehingga
mereka memahami apa yang dikatakan anak.
b. Pendengar memberikan dukungan konversasional kepada anak.
Hal yang dibicarakan umumnya berkaitan dengan ihwal sini dan kini. Kekonkretan benda dan rujukan peristiwa yang sedang berlangsung memudahkan anak untuk berbicara
C. Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Leech (1983:5-6) menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud ujaran (yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan); menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan suatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan.
Di dalam bukunya How to Do Things with Words, Austin (1962:1-11) membedakan tuturan yang kalimatnya bermodus deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar, tetapi sahih atau tidak. Berkenaan dengan tuturan, Austin membedakan tiga jenis tindakan: (1) tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut

kaidah sintaksisnya. (2) tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan,dsb. (3) tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
Selanjutnya Austin, seperti juga ditekankan lebih lanjut oleh Searle (dalam Gunarwan 2004: 9), memasukkan ujaran konstatif, karena memiliki struktur dalam yang mengandungi makna performatif, sebagai bagian dari performatif (Austin 1962: 52 dan Thomas 1995: 49). Dalam contoh (4), struktur dalam ujaran tersebut dapat saja berbunyi Saya katakan bahwa rumah Joni terbakar.
Pencetus teori tindak tutur, Searle (1975:59-82) membagi tindak tutur menjadi lima kategori:
1. Representative/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas
apa yang diujarkan
2. Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar
melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu
3. Ekspresif/evaluatif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya
diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu.
4. Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang
disebutkan di dalam tuturannya
5. Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk
menciptakan hal (status, keadaan, dsb) yang baru.
Tindak tutur juga dibedakan menjadi dua yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur langsung. Tuturan deklaratif, tuturan interogatif, dan tuturan imperatif secara konvensional dituturkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan mernerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian antara modus dan fungsinya secara konvensional inilah yang yang merupakan tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika tututan deklaratif digunakan untuk bertanya atau memerintah atau tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional, tuturan itu merupakan tindak tutur tidak langsung. Sehubungan dengan kelangsungan dan ketaklangsungan tuturan, tindak tutur juga dibedakan menjadi tindak tutur harfiah

(maksud sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya) dan tidak harfiah (maksud tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya). Jika dua jenis tindak tutur, langsung dan taklangsung, digabung dengan dua jenis tindak tutur lain, harfiah dan takharfiah, diperoleh empat macam tindak tutur interseksi, yaitu (1) tindak tutur langsung harfiah, (2) tindak tutur langsung takharfiah, (3) tindak tutur taklangsung harfiah, (4) tindak tutur taklangsung takharfiah.
Di tinjau dari sudut pandang kelayakan pelaku tindak tutur, Fraser (1974) mengemukakan dua jenis tindak tutur : (1) vernakuler, yaitu tindak tutur yang dapat dilakukan oleh setiap anggota masyarakat, dan (2) seremonial, yaitu tindak tutur yang dilakukan oleh orang yang berkelayakan untuk hal yang dituturkannya.
Sementara itu Bloom dkk. (dalam Carroll, 1999:297) meneliti sifat wacana orang dewasa dengan anak-anak dan mengategorikan jenis tuturan anak-anak sebagai berikut: Kategori Pengertian Nonadjacent Tuturan yang terjadi tanpa adanya tuturan orang dewasa sebelumnya, atau dengan jeda tertentu setelah tuturan orang dewasa. Adjacent Tuturan yang terjadi setelah tuturan orang dewasa. Noncontingent Tuturan yang tidak memiliki topik yang sama dengan tuturan orang dewasa yang mendahuluinya. Imitiative Tuturan yang berbagi topik yang sama dengan tuturan sebelumnya, tetapi tidak memberikan tambahan informasi; atau semua bagian tuturan yang mendahului diulang tanpa perubahan. Contingent Tuturan yang berbagi topik yang sama dengan tuturan sebelumnya dan memberikan informasi tambahan pada tuturan tersebut. Seorang anak harus dapat juga menguasai makna kalimat dan dampak ilokusionernya. Anak harus bisa menguasai tindak ujaran ilokusioner dengan baik, yaitu bagaimana dia menyatakan sesuatu, menanyakan sesuatu, dan seterusnya. Dore (dalam Dardjowidjojo, 200:277) menyebutkan jenis ujaran yang disebut Primitive Speech Act (PSA), yaitu labeling (menyatakan sesuatu), repeating (mengulang), answering (menjawab), requsting action (memberi perintah), requesting answer (bertanya), calling (memanggil), greeting (menyapa), protesting (memprotes), dan practicing (mempraktikkan).
Dalam bertutur terdapat prinsip percakapan yang mengatur apa yang harus dilakukan pesertanya agar percakapan terdengan koheren. Prinsip percakapan menurut Grice (dalam Rustono, 1999:54-57) terdiri atas empat bidal, yaitu:

1. Bidal kuantitas, yaitu menyangkut jumlah kontribusi terhadap koherensi
percakapan.
2. Bidal kualitas, berisi nasihat untuk memberikan kontribusi yang benar dengan
bukti-bukti tertentu.
3. Bidal relevansi, menyarankan penutur untuk mengatakan apa-apa yang relevan.
4. Bidal cara, menyarankan penutur untuk mengatakan sesuatu dengan jelas.

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS

PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI TEKNIK OBJEK LANGSUNG

PADA SISWA KELAS XI AP .2

SMK BHAKTI NUSANTARA MRANGGEN

Makalah ini disusun untuk memenuhi paragraf matakuliah sanggar pengajaran yang di ampu oleh : Drs. Murywanto Broto, M.Hum

F:\Loggo IKIP\Ikip PGRI.jpg

Disusun Oleh:

Nama :DFANS SAPUTRA

Kelas : 7I

NPM : 06410348

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTASN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

IKIP PGRI SEMARANG

2009/2010

A. PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI TEKNIK OBJEK LANGSUNG PADA SISWA KELAS XI AP .2 SMK BHAKTI NUSANTARA MRANGGEN

B. PENDAHULUAN

Dalam menulis paragraf deskripsi dibutuhkan adanya ketelitian, kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara paragraf dengan paragraf berikutnya sehingga akan membentuk sebuah karangan yang baik dan utuh. Pembelajaran menulis, khususnya menulis paragraf deskripsi adalah keterampilan yang bertujuan untuk mengajukan suatu objek atau suatu hal yang sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada tepat di depan pembaca. Seolah-olah pembaca melihat, merasakan langsung objeknya.

Keterampilan menulis di SMK Bhakti Nusantara sangat rendah. Sesuai kondisi dilapangan bahwa, berbagai masalah itu antara lain berkaitan dengan alokasi waktu pembelajaran menulis yang lebih sedikit dibandingkan dengan alokasi waktu untuk ketrampilan berbahasa lainnya. Selain itu, siswa merasa belum mampu menyusun kalimat dengan struktur kalimat, bahasa yang baik dan benar. Keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya pembelajaran menulis di kelas. Melalui ketrampilan ini, penulis mencoba menerapkan suatu pembaharuan untuk menngkatkan ketrampilan menulis paragraf deskripsi yaitu melalui penggunaan teknik objek langsung

Penggunaan teknik objek langsung sebagai alternatif pembelajaran menulis paragraf deskripsi diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran menulis.

Dari berbagai faktor dan kenyataan seperti itu, masih dapat diatasai oleh guru dengan cara guru harus sering memberikan bimbingan, latihan dan motifasi pada siswa untuk menulis, sehingga dapat menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan dengan baik. Bimbingan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik atau siswa adalah bimbingan secara intensif atau secara sunguh-sungguh dan terus menerus sehingga memperoleh hasil yang optimal.

C. PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana peningkatkan keterampilan menulis paragraf siswa kelas XI AP.2 SMK Bhakti Nusantara Mranggen setelah mendapat pembelajaran menulis paragraf deskripsi melalui teknik objek langsung?

D. PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI MELALUI TEKNIK OBJEK LANGSUNGPADA SISWA KELAS XI AP .2 SMK BHAKTI NUSANTARA MRANGGEN

Ketrampilan Menulis Paragraf Deskripsi Melalui Teknik Objek Langsung Pada Siswa Kelas XI AP.2 SMK Bhakti Nusantara Meranggen masih sangat rendah setelah penulis amati dengan seksama ketidakberhasilannya itu terjadi karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang mengakibatkan rendahnya ketrampilan menulis paragraf deskripsi di SMK Bhakti Nusantara Mranggen antara lain (1) siswa kurang memahami ciri-ciri paragraf deskripsi serta cara menuangkan ide atau gagasan secara tepat. (2) siswa kurang memperhatikan dan menganggap mudah pokok bahasan ini dan caranya guru menggunakan media pembelajaran sebagai media penyampaian materi pada siswa. (3) pada umumnya guru jarang menggunakan media pembelajaran pada saat penyampaian materi, sehingga para siswa menjadi cepat jenuh dan semakin tidak berminat untuk menulis, dan banyak beranggapan bahwa ketrampilan menulis itu adalah ketrampilan yang paling sulit karena mereka sulit untuk mengawali kalimat dalam sebuah paragraf. Selain itu,setelah saya melakukan wawancara dan observasi langsung kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia, guru mengakaui dan merefleksi bahwa selama ini belum pernah menggunakan media pembelajaran misalnya saja Laboratorium Bahasa. Sehingga siswa merasa jenuh dan bosan karena pembelajaran yang diberikan guru kurang menarik dan bersifat monoton.

Teknik pembelajaran menulis objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan tepat berdasarkan objek yang dilihat, guru menunjukan objek pada siswa didepan kelas, misalnya sebuah pemandangan alam, peristiwa alam dan lainnya. Dari objek tersebut siswa dapat membuat secara runtut dan logis bedasarkan objek yang dilihatnya. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang berfariasi sesuai dengan tema pembelajaran.

Penerapan yang digunakan dalam pembeljaran menulis paragraf dengan menggunakan metode teknik objek langsung ini, guru menyampaikan pengantar kemudian guru memperlihatkan sebuah contoh objek didepan kelas, setelah siswa melihat objek tersebut siswa mulai mengidentifikasi objek, lalu siswa membuat tulisan dan logis tekni pembelajaran menulis objek langsu dengan bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Teknik ini dapat dijalankan secara personal maupun kelompok denga cara observasi langsung. Siswa secara langsung dapat menuangkan ide ataugambaran sesuai apa yang mereka lihat sesuai dengan panca indra, jadi kesannya membuat tulisan itu menjadi hidup. Model observasi langsung memang akan memuaskan harapan pembaca karena dianggap sebagai jalanmenuju objektifitas dan pembaca benar-benar merasakan apa yang mereka baca seolah-olah mereka lihat sendiri objek yang ada dalam tulisan tersebut.

Tujuan teknik pembelajaran menulis paragraf deskripsi agar siswa dapat menulis paragraf deskripsi melalui pengamatan secara langsung dengan begitu siswa dapat menuangkan atau mengekspresikan gagasan, ide, mengembangkan daya pikir dan mengembangkan kreativitas siswa dalam menulis.

Beberapa cara yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran menulis dengan teknik objek langsung adalah (a) guru memberikan pengantar singkat tentang teknik pembelajaran menulis deskripsi (b) guru membagi kelompok berdasarkan objek yang akan diamati oleh siswa. (c) guru menyuruh siswa untuk keluar selama enampuluh menit. (d) sesuai siswa selesai menulis paragraf deskripsi dengan pembagian kelompok objek yang berbeda. (e) setiap kelompok dengan objek yang berbeda mengomentari hasil yang ditulis oleh siswa.(f) guru merefleksi kegiatan pada hari itu.

Upaya pembelajaran menulis deskripsi ini dirancang dengan tepat agar siswa senang tertarik dan tertonton. Guru menentukan objek yang akan ditulis kedalam paragraf deskripsi pada setiap kelopok tetapi dikerjakan secara individu agar siswa dapat berbagi, berekspresi dan menuangkan ide dalam bentuk tulisan.

Penggunaan teknik objek langsung pada kelas XI AP.2 SMK Bhakti Nusantara Mranggen akan menuntut siswa berfikir aktif menuangkan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. Teknik objek langsung juga dapat membantu siswa mengalirkan secara bebas apapun yang telah tersimpan dalam pikiran perasaan siswa.

Cara Membuat Dual Boot XP dan Windows7

Langkah pertama yang harus anda siapkan kalau ingin membuat dual boot antara Microsoft Windows XP dan

Windows 7 adalah :

1. Master Windows XP, gak usah banyak2 cukup satu saja

2. Master Windows 7, kalau punya dua gpp tapi yg satu bwat saya (bc:ms mk)

3. Yang pasti anda harus punya komputer, boleh PC ato notebook

4. Komputer anda harus dilengkapi CD/DVD Room, Hardisk, Motherboard, Memory Card, Power Supply dll.

5. Listrik, kalau tidak ada listrik di rumah anda, bis anginstall di kampus (bc:rumah anda di pedalaman..)

6. Pisang goreng dan secangkir kopi

Langkah-langkahnya adalah:

1. Install terlebih dahulu Windows 7

a. Rubah settingan BIOS supaya memulai proses booting dari CD/DVD

b. Masukkan DVD master Windows 7 ke CD/DVD Room komputer anda dan ketika muncul

keterangan untuk menekan sembarang tombol, tekan saja enter sambil melet juga gpp.

c. Tunggu sampai proses anda disuruh memasukkan setingan bahasa, time format dan keyboard input.

Setelah anda masukkan settingan 3 hal tadi tekan Next

d. Pilih install

e. Kalau di suruh untuk memilih x86 ato x64, pilih saja yang x86

f. Centang pada pilihan I accept the license terms

g. Lalu muncul tampilan seperti dibawah ini

Jangan pilih upgrade, pilih saja yang custom supaya anda bias mengatur partisi hardisk yang akan

anda gunakan


h. Lalu muncul tampilan untuk mengatur partisi dari harddisk komputer anda, pilih drive option, lalu

partisi harddisk komputer anda sesuai kebutuhan, minimal untuk windows 7 adalah 9GB, tapi kalau

harddisk anda besar kapasitasnya saya sarankan untuk membuat partisi windows 7 sebesar 40GB.

Pastikan anda menginstallnya di drive C:\, lalu tekan Next dan tunggu sampai proses instalasi

memunculkan window untuk memasukkan serial number.

i. Kalau memang ada serial numbernya, silahkan anda masukan, tapi kalau memang tidak ada tekan

next saja, supaya windows 7 membuatkan serial number trial.

j. Tunggu sampai proses selesai sambil makan pisang goreng yang telah anda siapkan tadi.

2. Selanjutnya anda install windows XP anda seperti biasa, saya yakin semua sudah bisa.

3. Ketika selesai proses instalasi windows Xp anda, coba perhatikan apa yang terjadi. Bukan sulap bukan sihir

tapi windows 7 anda tidak kedetect, jangan nangis dulu. Itu bisa terjadi karena MBR(master boot record)

yang telah dibuat oleh windows 7 telah di ganti oleh MBR windows XP.

4. masukkan lagi DVD Master windows 7 anda, lalu booting ke DVD tadi.

5. Masukkan settingan languange, time format, keyboard yang anda gunakan lalu Next

6. Ketika muncul pilihan install, jangan install pilih menu “Repair your computer” di pojok kiri bawah

7. Pilih “Use recovery……….” Lalu tekan Next

8. Setelah muncul window System Recovery tool, pilih menu yang Startup Repair

9. Tunggu sebentar sampai proses pencarian kesalahan selesai, lalu tekan Finish.

10. Lalu tekan tombol Restart sambil melet ato garuk-garuk kepala

11. Kalau amal perbutan anda banyak baiknya, pasti muncul 2 pilihan OS(Operating System). Tinggal anda

pilih mau pakai Windows 7 atau Microsoft Windows XP